Monday, April 13, 2020

Sultan HB X Menyapa: Mangasah Mingising Budi, Memasuh Malaning Bumi

Sri Sultan Menyapa di Tengah Corona: Gotong Royong Tak Hanya di ...
Sumber: google.com
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) X menyampaikan pesan kepada warganya agar selalu waspada menghadapi pandemi COVID-19. Pesan disampaikan dalam tajuk #SultanMenyapa ini rencanya rutin disuarakan setiap Selasa pukul 08.00 WIB mulai 14 April 2020.

Agenda ini akan berbentuk pesan tertulis yang dipublikasikan melalui media sosial, media cetak, media online, dan sarana publikasi lainnya. Akun Instagram milik Pemda DIY, @humasjogja adalah salah satunya.

Berikut pernyataan Ngarso Dalem yang juga selaku Raja Keraton Yogyakarta dalam #SultanMenyapa seri pertama:

"Mangasah Mingising Budi, Memasuh Malaning Bumi"

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Ajaran Sultan Agung itu bermakna mengasah ketajaman akal-budi, membasuh malapetaka bumi. Relevansinya, kini kita harus meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan, bersamaan dengan melestarikan lingkungan, juga sifat-sifat serakah "3G", golek menange dewe, golek butuhe dewe, golek benere dewe, saatnya dicuci habis.

Kini, adalah saat yang tepat untuk mawas diri, apakah kita cuma mementingkan diri sendiri atau migunani tumraping liyan? Islam mengajarkan sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang berguna bagi sesama. Maka, eratkanlah kembali budaya gotong royong, tidak hanya di desa-desa tapi juga di kota-kota, tidak hanya pada tradisi sambatan seperti di desa, tapi wujudkanlah dalam mengatasi masalah bersama bangsa ini.

Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Kabag Humas Pemda DIY, Ditya Nanarya Aji menerangkan, program #SultanMenyapa adalah inisiasi Ngarso Dalem sendiri menyikapi situasi belakangan di tengah wabah pandemi corona. Karena kini, menurut Sultan, jalanan sudah mulai ramai kembali di saat imbauan social dan physical distancing digaungkan.

"Pesan beliau diharapkan mampu memberikan penguatan atas pesan-pesan Beliau sebelumnya di Sapa Aruh dan pesan agar masyarakat tidak mudik," kata Ditya dalam keterangan resminya, Selasa.

Dijelaskannya, "Mangasah Mingising Budi, Memasuh Malaning Bumi" bertujuan memberikan pengertian bahwa masyarakat tidak boleh egois, ilmu yang tinggi akan sangat berarti jika dapat diterapkan dan berguna bagi masyarakat lain. Dan gotong royong merupakan modal sosial terbesar rakyat DIY untuk bersama-sama menghadapi pandemi ini.

"Mangasah Mingising Budi, dan Memasuh Malaning Bumi" adalah seyogianya bermakna dwitunggal-relasional. Menggambarkan keterkaitan antara kesejahteraan, ilmu pengetahuan sekaligus upaya menghargai alam serta lingkungan sekitar kita.

"Dalam kehidupannya, manusia tentu menginginkan kesejahteraan dan kesentosaan hidup, seperti yang tercermin dalam sesanti 'Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata Tentrem Karta Raharja'," kata Ditya menerangkan pesan yang disampaikan Sultan.

Pesan yang disampaikan Sultan, menekankan bahwa sebuah kesejahteraan hakiki, akan dapat diraih oleh manusia apabila mampu melewati segala coba dari Yang Maha Kuasa. Tak lain halnya seperti ketika wabah virus Corona menjadi ujian bersama bagi manusia di seluruh dunia.

"Dapat dianggap sebagai sebuah pagebluk, di sinilah konsep Mangasah Mingising Budi dan Memasuh Malaning Bumi benar-benar dapat menjadi obat jiwa dan hati dalam menghadapi pagebluk virus corona ini," sambung dia.

Mangasah Mingising Bumi mensyaratkan sebuah nasihat, bahwa setinggi apa pun ilmu tak akan bermanfaat apabila tidak diamalkan. Harus diberikan sentuhan rasa, agar menjadi dwitunggal ideal ilmu dan ngelmu atau berguna bagi sekitar hingga menjadikan manusia lebih waspada terhadap sesama juga alam sekitarnya.

Sehingga, terjalin konsep guyub rukun pengingat tradisi gotong royong, bahu-membahu antarmasyarakat, pemerintah, semua elemen, khususnya dalam memutus mata rantai persebaran corona. Bersatu padu, saiyeg saeka praya, satu kata dan satu perbuatan, saling percaya, tanpa tendensi dan ego pribadi dalam menyehatkan manusia dan bumi seisinya.

"Konsep dwitunggal ilmu dan ngelmu inilah yang akan membawa manusia pada suasana guyub rukun, sebagai pengingat akan pentingnya tradisi gotong royong sebagai pengejawantahan filosofi 'rukun agawe santosa, crah agawe bubrah'. Sekali lagi, virus corona ini sejatinya adalah cobaan, yang akan menguji tingkat kesabaran, keselarasan akal dan pikiran, pun kepekaan hati manusia sebagai mahluk sosial," tandasnya

Sumber: Akurat.co

No comments:

Post a Comment

Ketika di Roma (2/2)

Jalan Romawi kuno melintasi bentang alam, dari Skotlandia hingga Mesopotamia, Rumania hingga Sahara. Dan jalan Romawi paling awal dibangun u...